Minggu, 20 Maret 2011

dampak kenaikan suhu laut terhadap penipisnya lapisan es di kutub


Pencairan ES di Kutub



KONFERENSI  perubahan iklim di Kopen-hagen  Norwegia yang membicarakan  tentang perubahan iklim dunia akibat pemanasan global dihadiri oleh para pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Barack Obama dan SBY dari Indonesia. Kehadiran Obama sangat mengejutkan panitia konferensi karena presiden Amerika sebelumnya tidak pernah mau hadir. Akibat pemanasan, di masa mendatang bongkahan es akan meninggalkan Samudra Arktik dan es di Kutub Utara akan habis mencair. Hal ini diperhitungkan akan terjadi dalam musim panas 20 tahun mendatang.

Dampak nyata yang terjadi adalah permukaan air laut akan naik, dan hal ini sangat membahayakan biota laut serta satwa liar yang hidup di sana, seperti anjing laut, beruang kutub, burung penguin, dan lain-lain. Seorang profesor ahli fisika laut terkemuka Inggris Peter Wadhams, Selasa (15/12), di Universitas Cambridge mengatakan, sebagian besar pencairan akan terjadi dalam satu dekade ke depan meskipun es musim dingin masih akan tetap ada.

Menurut Petter Griffiths, penulis majalah Sains dan Ilmiah Internasional, perubahan ini akan berarti bahwa bumi ditandai dengan tampilnya warna biru mendominasi warna putih ketika dipotret dari ruang angkasa. Setelah perubahan fisik bumi tersebut, kapal akan memiliki rute laut baru dari utara Rusia. Para ilmuwan lain mengatakan, pencairan es Kutub Utara adalah salah satu bukti yang jelas tentang adan.va pemanasan global. Oleh karena itu sebelum semuanya terjadi, para pakar dan para pemimpin dunia bertemu di Kopenhagen untuk merundingkan perjanjian baru tentang pengelolaan iklim.

"Data yang mendukung pandangan konsensus baru didasarkan pada variasi musiman dan ketebalan lapisan es.perubahan suhu, angin, serta komposisi timbunan es. Diperkirakan Kutub Utara akan bebas es dalam 20 musim panas mendatang. Sepuluh tahun berikutnya, sebagian besar permukaan laut bumi akan naik drastis," kata Wadhams.

Wadhams, salah seorang ahli fisika laut terkemuka dunia mengungkapkan, es penutup laut di wilayah Kutub Utara sebenarnya sudah mulai menipis dibandingkan dengan pengukuran ketebalan es yang diambil oleh kapal selam Angkatan Laut Britama Raya tahun 2007. Hadow dan Catlin Donovan beserta timnya di Arktik, telah melakukan survei dengan mengebor 1.500 lubang untuk mengumpulkan sampel. Mereka berjalan sepanjang 280 mil melintasi laut Arktik yang dingin membeku.
Di daerah ini, rata-rata ketebalan es-floes hanya 1,8 meter. Kedalaman es ini dianggap terlalu tipis untuk bertahan hingga ahir musim panas.

Laut Kutub Utara memainkan peran penting dalam iklim dunia. Bila es di Kutub Utara meleleh pada musim panas, ia berwarna lebih gelap dari air laut karena menyerap sinar matahari dan itu mempercepat efek pemanasan global.

Dr. Martin Sommerkorn dari badan amal lingkungan program Arktik WWF yang bekerja di sebuah lembaga survei mengatakan, hilangnya es bisa memengaruhi seluruh dunia. "Es Laut Arktik memegang posisi sentral dalam sistem iklim bumi. Hal ini bisa mengakibatkan banjir di mana-mana, serta akan memengaruhi seperempat dari penduduk dunia. Pada hakikatnya, bila hal ini terjadi, akan ada peningkatan emisi gas rumah kaca yang cukup besar, sehingga secara ekstrem akan terjadi perubahan cuaca global," ucapnya.

Permukaan es menyusut ,Sisa air laut beku di wilayah Kutub Utara pada 12 September 2009, hanya es tertutup 1.97 juta mil persegi (5,1 juta km persegi). National Snow and Ice Data Center melaporkan,  keadaan itu turun 20 persen di bawah rata-rata minimum selama 30 tahun di Laut Arktik.

Terjadinya musim panas yang minim ini merupakan kerugian besar bagi penduduk dunia. Sekitar dua per tiga dari es laut, yang diukur pada puncak musim dingin Kutub Utara masih terlihat hingga Maret Sebagai perbandingan, rak es di Kutub Utara setengahnya berkurang setiap musim panas selama 1980-an dan 1990-an. Seorang ilmuwan es bernama Wait Meier mengungkapkan, rekor titik terendah dicapai pada bulan September 2007 dan 2009. Akan tetapi, para ilmuwan lain mengatakan mereka melihat ada sedikit gejala fluktuasi yang diyakini dalam musim panas ini akan terjadi pemulihan kendati besarannya minim sekali.

Berikut adalah 5 dampak mematikan pemanasan global.

5.Persebaran penyakit


Ketika negara utara menghangat, serangga yang membawa penyakit bermigrasi ke utara, membawa wabah dan penyakit bersama mereka. Sejumlah ilmuwan percaya bahwa di sejumlah negara berkat pemanasan global, malaria tak bisa dimusnahkan selamanya

4. Perairan hangat dan lebih banyak badai
 
Ketika suhu lautan meningkat, lebih banyak badai dan semakin kuat. Kita melihatnya pada tahun 2004 dan 2005.

3. Kenaikan intensitas kekeringan dan gelombang panas
Meskipun sejumlah daerah di Bumi akan menjadi lebih basah karena pemanasan global, daerah lain akan mengalami kekeringan serius dan gelombang panas. Afrika akan menerima bagian terburuk, dengan lebih banyak kekeringan di Eropa. Air telah menjadi komoditas langka di Afrika, dan menurut Intergovernmental Panel on Climate Change, pemanasan global akan memperburuk kondisi ini dan mengakibatkan konflik dan perang.

2. Konsekuensi ekonomi

Sebagian efek pemanasan global manusia takkan baik. Dan efek ini berupa satu hal bagi negara-negara di dunia: konsekuensi ekonomi. Badai menyebabkan kerusakan milyaran dolar, penyakit memakan uang untuk mengontrolnya dan konflik memperburuk hal ini.

1. Pencairan es kutub

Pencairan es kutub adalah bahaya dengan empat akibat.

Pertama, akan menaikkan permukaan laut. Terdapat 5.773.000 mil kubik air di es, glasier, dan salju abadi. Menurut National Snow and Ice Data Center, bila semua glasier mencair hari ini, laut akan meningkat sekitar 230 kaki (70 meter). Untungnya, ini tidak akan terjadi secara langsung! Tapi permukaan laut akan naik.

Kedua, kutub meleleh akan membawa ekosistem global tidak seimbang. Kutub merupakan air segar, dan ketika mencair, air tersebut akan menawarkan lautan, atau dalam bahasa yang halus – membuatnya kurang asin. Desalinisasi arus teluk akan “mengganggu” arus laut, yang mengatur suhu. Penghentian arus akan mendinginkan daerah di timurlaut Amerika dan Eropa Barat. Untungnya, ini akan memperlambat efek pemanasan global lain di daerah itu!

Ketiga, kenaikan suhu dan perubahan lanskap di lingkaran Arktik akan mengancam beberapa spesies hewan. Hanya spesies yang mampu beradaptasi yang akan selamat.

Keempat, pemanasan global akan menghilangkan salju dan es. Es berwarna putih, dan memantulkan sinar matahari, yang kebanyakan dikirimkan kembali ke luar angkasa, terus mendinginkan Bumi. Bila es meleleh, satu-satunya pemantul ialah samudera. Samudera yang lebih gelap akan menyerap sinar matahari, dan menghangatkan Bumi.


Referensi: 



8 komentar:

  1. iya, menipisnya es dikutub memang berdampak sangat buruk selain meningkatkan permukaan air laut juga menyebabkan fenomena-fenomena lain tidak lain ini akibat terjadinya global warming...

    adakah yg bisa kita perbuat untuk mencegah atau mengurangi kenaikan suhu laut ditengah-tengah globalisasi yang terjadi saat ini? menurut ivy cara seperti apakah yang paling baik?

    BalasHapus
  2. muhammad syafiq gumilang - 230210090007

    pemanasan global yah? hmm kayanya yang Ivy tulis kurang lengkp, karena gak ada cara untuk menaggulangi atau meminimalisir efek globar warming itu sendiri hehe minimal yang dari diri kita sendiri dulu aja

    BalasHapus
  3. saya ingin menanyakan bagaimana cara menanggulangi atau mencegah semua ini terjadi ..

    terimakasih..

    BalasHapus
  4. global warming emg lg rame dibicarakan, tp iwi msh ragu tt kbenran isue itu
    _mkch

    BalasHapus
  5. nice info..
    Lumayan menambah pengetahuan tentang es di kutub..
    Tapi ada pernyataan yang agak rancu "Bila es meleleh, satu-satunya pemantul ialah samudera. Samudera yang lebih gelap akan menyerap sinar matahari, dan menghangatkan Bumi"
    Jadi sebenarnya laut itu memantulkan sinar matahari atau menyerapnya?

    BalasHapus
  6. saya hanya mau sedikit menambahkan,dampak terhadap biota-biota laut yang terjadi akibat menipisnya lapisan es di kutub.

    akan mengalami kepunahan,dikarenakan biota laut tidak dapat berfotosintetis guna memenuhi kadar oksigen dari cahaya matahari. tanpa cahaya,laju fotosintetis terhadap biota laut akan mengurangi kalsium karbonat yang ada di dalamnya.. dan juga kurangnya penetrasi cahaya matahari,Jumlah spesies biota laut pun akan berkurang secara nyata pada kedalaman penetrasi cahaya sebesar 15-20% dari penetrasi cahaya permukaan yang secara cepat menurun mulai dari kedalaman 10m.

    BalasHapus
  7. ingin menambahkan:
    sciencetist dari amerika ada yang mengatakan bahwa pencairan kutub itu merupakan pola yang berulang-ulang dari jaman purba...

    BalasHapus
  8. peningkatan suhu bumi mengakibatkan es-es di kutub mencair ya?

    Apakah dengan begitu suhu lautan pun akan menghangat?
    Bagaimana kelangsungan hidup organisme di dalam laut yang hanya bisa hidup di wilayah dingin? apakah mereka akan mati? atau menjadi menyesuaikan diri dengan lingkungan?

    terima kasih :)

    BalasHapus